Sejarah Suku Maya Dan Ramalan Bencana Serta Siklus Besar Ala Suku Maya - Tempat Informasi -->

Sponsor:

Sejarah Suku Maya Dan Ramalan Bencana Serta Siklus Besar Ala Suku Maya

Sejarah Suku Maya Dan Ramalan Bencana Serta Siklus Besar Ala Suku Maya - Penyebab musnahnya atau menghilangnya Benua Atlantis dari peta bumi di masa lalu disebabkan oleh karena benua itu berada diatas realitas geografis dan geologi yang memungkinkan hancurnya benua Atlantis itu sewaktu-waktu.

Ramalan Suku Maya Tentang Hilangnya Benua Atlantis

Dari teori Arysio Santos, dijelaskan bahwa kedudukan benua Atlantis meliputi daratan yang masih menyatu sebagai satu pulau besar, yang sekarang ini adalah Pulau Sulawesi, Maluku dan Papua. kawasan tersebut masih menyatu dengan Benua Australia dan terpisah dari Pulau Kalimantan, Sumatera dan Jawa serta kepulauan lainnya.

Selain itu, Benua Atlantis, seperti posisi geologis dan geografis Indonesia saat ini yang terletak pada tiga lempeng tektonis yang saling berdekatan satu dengan lainnya, keadaan tersebut menimbulkan sederetan gunung berapi berada mulai dari Sumatera, Jawa, Nusa Tenggara, dan lalu ke Utara sampai ke Filipina yang merupakan bagian dari "Ring Of Fire". Dengan adanya Ring Of Fire ini yang memungkinkan kawasan Benua Atlantis ini menjadi tempat yang mudah terjadi peristiwa alam seperti gempa bumi dan tsunami.

Gunung utama yang dijelaskan oleh Arysio Santos, dimana gunung ini memegang peranan penting dalam berbagai bencana di kawasan tadi adalah Gunung Krakatau dan sebuah gunung lainnya yang kemungkinan diperkirakan gunung itu adalah Gunung Toba

Gunung lain yang disebutkan dalam kisah-kisah mitologi adalah gunung Semeru, Gunung Agung dan Gunung Rinjani. bencana alam yang beruntun tersebut menurut Arysio Santos dimulai dengan ledakan dahsyat yang terjadi pada Gunung Krakatau, dimana ledakan Gunung Krakatau memusnahkan seluruh gunung itu sendiri, dan membentuk kaldera besar yaitu yang kini menjadi Selat Sunda yang memishkan antara Sumatera dan Jawa.


Gambar Sejarah Suku Maya Dan Ramalan Bencana Serta Siklus Besar Ala Suku Maya


Letusan Gunung Krakatau itu menimbulkan tsunami dengan gelombang air laut yang sangat tinggi, yang kemudian gelombang tsunami itu menutupi dataran-dataran rendah diantara Pulau Sumatera dengan Semenanjung Malaysia, diantara Jawa dan Kalimantan, dan Antara Sumatera dan Kalmantan. Abu dari letusan Gunung Krakatau itu dikenal dengan sebutan "Fly-Ash" dan mengudara ke angkasa dan ditiup angin keseluruh bagian dunia yang pada waktu itu sebagian besar masih ditutup es di era Pleistosen. Baca Juga Sejarah Atlantis Di Mulai Dari Zaman Es Pleistosen

Abu tersebut kemudian turun dan menutupi lapisan es, akibat dari peristiwa tersebut lapisan abu yang menutupi es lalu kemudian es mencair sebagai akibat panas matahari yang diserap oleh lapisan abu tersebut. Sementara itu, gelster di Kutub Utara dan Eropa kemudian meleleh dan mengalir keseluruh bagian bumi yang rendah, termasuk mengalir ke Benua Atlantis. Akibat tsunami dan banjir yang disebabkan oleh lelehan es ini yang menyebabkan air laut menjadi naik sekitar 130-150 meter diatas dataran rendah Benua Atlantis.

Akibatnya, kawasan di Benua Atlantis tenggelam hingga dibawah permukaan laut, dan yang tertinggal adalah dataran tinggi dan puncak-puncak gunung berapi. Tekanan air yang besar ini menimbulkan tarikan dan tekanan yang hebat pada lemeng-lempeng benua, yang mana selanjutnya menimbulkan letusan-letusan gunung berapi, yang disusul oleh gempa bumi yang dahsyat, dan akibatnya adalah berakhirnya Zaman Es Pleitosen secara dramatis.

Sejarah Atlantis Menurut Plato

Menurut Plato, Atlantis adalah negara makmur yang banyak disinari oleh matahari sepanjang waktu, padahal pada waktu itu adalah Zaman Es, dengan temperatur bumi secara menyeluruh adalah sekitar 15 derajat celcius lebih dingin dari sekarang. Lokasi yang banyak disinari oleh sinar matahari sepanjang waktu pada saat itu hanyalah Indonesia yang memang terletak di bentangan Khatulistiwa.

Plato menyebutkan bahwa Benua Atlantis yang hilang itu antar lain lebih besar dari Lybia (Afrika Utara) dan Asia Kecil digabung menjadi satu. Ukuran perkiraan luas Atlantis itu sama dengan luas kawasan Indonesia ditambah dengan luas Laut China Selatan. Arysio Santos menambahkan bahwa, para ahli yang pada umumnya berasal dari Barat, memiliki keyakinan, peradaban manusia berasal dari belahan dunia Barat, tetapi, kenyataan menunjukkan Atlantis berada di bawah perairan Indonesia dan bukan ditempat lain.

Hipotesis Arysio Santos juga diperkuat oleh metode komparasi melelui pendekatan kebudayaan, kerohanian, dan spritualitas selama 30 tahun lamanya saat mencermati tradisi-tradisi suci dari berbagai bangsa di dunia. Seperti : Yunani, Roma, Mesir, Mesopotamia, Phoenicia, Amerindian, Hindu, Budha dan Yudeo-Christian. Dari pendekatan komparatif itu Arysio Santos memperoleh data walaupun dikisahkan dalam bahasa mereka masing-masing, ternyata istilah-istilah yang digunakan banyak mengacu ke hal atau kejadian yang sama.

Arysio Santos menyimpulkan bahwa penduduk Benua Atlantis terdiri dari beberapa suku atau etnis, dengan dua buah suku terbesar yaitu suku Aryan dan suku Dravidas. Semua suku bangsa ini menyebar keseluruh Eurasia dan ke timur sampai Australia kurang lebih satu juta tahun yang lalu. Pelayaran suku-suku itu terakhir ketika tiba di Indonesia, mereka menemukan kondisi alam yang ideal untuk kehidupan, yang dapat menumbuhkan pengetahuan tentang pertanian serta peradaban secara menyeluruh.

Keadaan tersebut terjadi pada Zaman Pleistosen. pada Zaman Es itu, Benua Atlantis adalah surga yang memiliki suhu tropis dengan adanya padang-padang yang indah, dengan adanya gunung-gunung, dengan ditemukannya batu-batu mulia, ditemukannya metal berbagai jenis, bahan parfum, adanya sungai, danau, saluran irigasi pertanian yang sangat produktif, istana emas dengan dinding-dinding perak, berbagai binatang seperti gajah dan berbagai hewan liar lainnya.

Kemudian, ketika bencana itu terjadi, kondisi air laut mencapai setinggi sekitar 130-150 meter, penduduk Atlantis yang selamat terpaksa keluar dan berlayar ke India, Asia Tenggara, China, Polynesia, dan Amerika. Suku Aryan yang melakukan migrasi ke India pada mulanya pindah dan menetap di Lembah Indus, lapisan es di Himalaya juga mencair dan menimbulkan banjir besar di Lembah Indus, maka akhirnya suku Aryan melanjutkan migrasi dengan melanjutkan pelayaran hingga mencapai Mesir, Mesopotamia, Palestina, Afrika Utara dan Asia Utara.

Di tempat yang baru inilah mereka berusaha mengembangkan kembali peradaban Atlantis yang merupakan akar dari budaya suku Aryan. pewaris budaya Atlantis yang hingga saat ini masih menjalankan ritual untuk mengenang kejayaan nenek moyang mereka pada zaman dahulu, antara lain berada di India.

Di India mereka menjalankan tradisi ritual bersuci di daerah Lanka, Kumari, Kandan, Tripura, dan lainnya, sedangkan Suku Dravidas yang memiliki kulit lebih gelap dari Suku Aryan tetap tinggal di Indonesia. Proses migrasi besar-besaran ini dapat menjelaskan timbulnya secara tiba-tiba atau secara seketika teknologi maju dalam bidang pertanian, pengolahan batu mulia, metalurgi, agama, dan diatas semuanya adalah bahasa dan abjad diseluruh dunia selama masa yang disebut masa Neolithic Revolution.

Dengan munculnya bahasa-bahasa dan abjad-abjad tersebut, kemudian dilakukan penelusuran dan diketahui bahwa asal-usul bahasa dan abjad-abjad itu berasal dari bahasa Sansekerta dan bahasa Dravida. Sebaliknya, pada kebudayaan Suku Bangsa Maya dikenal sebagai pemilik peradaban tertinggi diantara peradaban dari susku bangsa lainnya. salah satu produk peradaban Suku Maya yang diakui kecanggihannya adalah berupa sistem almanak.

Berdasarkan perhitungan kalender Suku Maya, terhitung sejak 1992 hingga 2012, bumi akan memasuki suatu masa yang disebut "Siklus Besar". Siklus besar yang diramalkan oleh Suku Maya adalah siklus besar yang terjadi secara berulang setiap 5.200 tahun sekali yang menjadi masa penutup atau era kiamat dari fase terakhir, yang juga disebut masa perubahan bumi. Dalam kebudayaan Suku Maya itu juga telah diramalkan bahwa tahun 2012 medan magnet bumi juga akan mengalami perubahan.

Sebuah hasil riset di Hyderabad, India pada 1 Maret 2005, melaporkan mengenai kemungkinan terjadinya "siklus besar" ala Suku Maya. Yaitu kemungkinan terjadinya perputaran terbalik kutub bumi maupun kutub matahari pada tahun 2012. Perputaran terbaliknya kutub bumi itu berakibat bertukarnya posisi Kutub Utara dengan Kutub Selatan. Dan proses ini ditandai dengan adanya tidak ada daya tarik menarik medan magnet selama waktu tertentu.

Bencana yang menjadi faktor pemusnah peradaban pun tidaj disangka oleh manusia, salah satu bukti pada tahun 1967, selain banjir besar yang menjadi faktor musnahnya peradaban. Letusan gunung api juga menjadi penyebab utama runtuhnya peradaban. Arkeolog Amerika berhasil menggali sebuah kota perdagangan di bawah lapisan abu gunung berapi di Pulau Santorini setebal 60 meter. Setelah dilakukan penelitian, kota ini telah terkubur pada 1500 Sebelum Masehi oleh abu akibat letusan gunung berapi.

Letusan gunung itu disebut sebagai letusan gunung paling dahsyat sepanjang sejarah manusia. Luas area yang ditutupi oleh debu akibat letusan itu mencapai 62.5 km persegi, kota-kota banyak tertimbun abu hanya dalam sekejap mata karena abu dari letusan gunung itu sangat tebal. Bencana itu sekaligus juga membawa pengaruh besar terhadap pesisir Laut Tengah dan Kepulauan sekitarnya. Berdasarkan catatan, Mesir pada waktu itu diselimuti oleh kegelapan yang diduga disebabkan efek letusan gunung yang berakibat turunnya hujan abu sepanjang hari selama 3 hari berturut-turut.

Baca Juga Sejarah Atlantis Dan Asal Usul Piramida

Penutup

Selain itu ledakan tersebut juga mengakibatkan gelombang air laut menjadi bencana tsunami, dengan ombak yang mencapai 50 meter tingginya, gelombang maha dahsyat itu telah menenggelamkan seluruh kota dan desa diatas Pulau Crete, termasuk telah menenggelamkan Kerajaan Minoan dalam seketika.

Peradaban yang dikenal sebagai penganut animisme-dinamisme, konon mengalami pemusnahan pada saat mereka sedang melalukan ritual untuk memohon agar terhindar dari bencana, ritual itu dilakukan dengan mengorbankan manusia yang dipilih dari anggota masyarakat itu sendiri. Tentu saja sampai saat ini dapat kita renungkan perihal penyebab terjadinya bencana, selain letusan gunung api, apakah mungkin faktor yang disebabkan oleh manusia yang banyak mengeksploitasi sumber daya alam tanpa batas sehingga mengganggu keseimbangan dan harmoni alam.

Baca Juga Sejarah Atlantis Versi Arysio Santos

Share this post

Related Posts

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel