Sejarah Benua Atlantis Yang Hilang Karena Letusan Gunung - Tempat Informasi -->

Sponsor:

Sejarah Benua Atlantis Yang Hilang Karena Letusan Gunung

Sejarah Benua Atlantis Yang Hilang Karena Letusan Gunung Toba Dan Gunung Krakatau - Catatan Plato tentang Atlantis adalah deskripsi sebuah daratan yang penah eksis di Zaman Es. Tetapi dinyatakan bahwa Atlantis adalah surga dengan iklim tropis.

Ciri-ciri geografis Atlantis, antara lain : Benua Atlantis sangat luas, ada selat sempit menuju samudera, banyak tebing di depan selat sehingga sulit untuk dilayari, banyak pulau di luarnya yang dilewati dalam pelayaran menuju dunia luar.

Penyebab Hilangnya Benua Atlantis

Jika Atlantis digambarkan sebagai "surga beriklim tropis" pada Zaman Es, maka masuk akal kalau dikatakan bahwa lokasi kerajaan Atlantis Eden itu terletak di Khatulistiwa. Pada zaman Es Ploistosen, hampir seluruh permukaan bumi tertutup salju sehingga tidak memungkinkan peradaban berkembang maju. Satu-satunya kawasan yang memungkinkan tentang ciri-ciri Atlantis itu yang di deskripsikan itu eksis hanyalah kawasan khatulistiwa.


Gambar Sejarah Benua Atlantis Yang Hilang Karena Letusan Gunung


Sebelum Arysio Santos berpendapat bahwa Atlantis itu adalah Indonesia, ketika itu Indonesia adalah satu-satunya kawasan yang belum dinyatakan sebagai lokasi Atlantis oleh para ilmuan dan oleh para pencari Atlantis. Padahal, hasil penelitian geologic dan penelusuran segala mitos dan tradisi-tradisi suci pada semua bangsa di seluruh dunia, semunay menuju ke suatu daerah, yaitu kawasan Indonesia.

Paparan Sunda atau Austronesia adalah dataran-dataran rendah Atlantis Eden yang sekarang tenggelam berada di bawah permukaan laut. Jejak-jejak di dasar laut bisa ditelusuri dan telah dibenarkan oleh sejumlah penelitian Oseanografis yang dilakukan dengan kapal-kapal laut, kapal selam Oseanografis, serta satelit mata-mata NOAA dan satelit milik NASA.

Keadaan Laut Jawa Dan Selat Sunda Pada Zaman Es

Pada zaman Es, Laut Jawa dan Selat Sunda merupakan dataran yang luas, Paparan laut Jawa berbentuk persegi empat dan berukuran sekitar 600 x 400 km. Persis dengan gambaran Plato tentang "dataran Agung Atlantis". dataran seluas ini memang sangat langka di dunia.

Pulau-pulau di Indonesia yang ada sekarang ini, pada Zaman Purba merupakan dataran tinggi dan puncak-puncak gunung yang tersisa ketika dataran-dataran rendahnya tenggelam akibat permukaan laut seluruh duni naik 130-150 meter pada akhir Zaman Es Pleistosen. Diduga kuat bahwa dataran Atlantis itu berada sekitar 60 meter di bawah permukaan laut.

Menurut Plato, Atlantis adalah kekaisaran benua yang sangat luas dan merupakan sumber segala peradaban semua bangsa-bangsa di dunia. Rakyat Atlantis memilki sifat yang baik, mulia, kaya dan makmur. Namun, pada suatu masa mereka menjadi sombong, iri hati, dan ambisi. Hal itu membuat Dewa murka dan menghukum mereka dengan mengirimnya banjir besar dan gempa bumi. Akibatnya kerajaan Atlantis hancur dan hilang ke dasar lautan, sebagian rakyat Atlantis yang berhasil lolos dari bencana itu, menyebar dan membawa peradaban Atlantis ke seluruh dunia.

Plato mencatat bahwa bencana yang menimpa Atlantis adalah "banjir semesta" pada tahun 11.600 Sebelum Masehi. Dan sangat aneh, bencana itu bertepatan dengan kalender "berakhirnya Zaman Es Pleistosen" dan Meltwater Pulse1B.

Baca Juga Peristiwa Banjir Besar Di Zaman Nabi Nuh Dalam Perspektif Berbagai Kebudayaan

Kedua fenomena geologi tersebut adalah bencana alam raksasa bersekala global yang dipicu oleh letusan gunung berapi super "Krakatau" di Indonesia dan berakibat pulau Jawa terpisah dari pulau Sumatera. Hasil penelitian selama 30 tahun mengungkapkan bahwa bencana alam yang menimpa Atlantis ternyata sama dengan bencana alam lain yang dirujuk oleh semua tradisi-tradisi suci semua bangsa di dunia.

Legenda tentang "banjir besar dan surga yang hilang" ternyata terdapat pada semua budaya di dunia, baik itu budaya primitif maupun budaya maju, semua bangsa di dunia memiliki tradisi suci yang hampir sama, menggunakan nama yang berbeda, tetapi sangat jelas mengarah ke lokasi yang sama, yaitu "Benua Atlantis" kerajaan surga yang hilang itu.

Banyak sumber, Yahudi maupun Kristen, menyatakan bahwa "Surga Tama Eden" adalah wilayah yang benar-benar berada di bumi. Namun, sesudahnya, pada zaman positivisme, surga itu dipindahkan ke langit dan berubah menjadi dunia spiritual dengan konsep abstrak.

Tradisi Yahudi, Kristen dan Mesopotamia, menyatakan bahwa "surga berada di Timur". Cendekiawan Kristen, Thomas Aquinas dalambukunya yang berjudul "Summa Theologica" menuliskan bahwa "Taman Eden berada di Kahtulistiwa, di tempat yang iklimnya paling sejuk, Surga sesungguhnya berada di bumi di garis khatulistiwa, di Hindia Timur".

Dalam banyak tradisi Hindu, diceritakan fakta geografis bahwa "pelintasan Paralel 0 derajat (garis khatulistiwa) dengan "Garis Bujur 0 derajat" (Lanka atau Atlantis) berada tepat di "Pulau Sumatera" (Taprobane)". Berdasarkan konvensi internasional, tempat ini ditetapkan sebagai Garis Waktu Internasional Kuno (Meridian 0 Derajat) dan dirujuk oleh banyak orang sejak dahulu sebelum Meridian 0 derajat di pindahkan ke kota London.

Taprobane (bahasa Sanskerta) yang berarti "Semenanjung Emas" yaitu "kerajaan Atlantis Eden yang sangat terkenal. Di zaman Purba Taprobane (Sumatera) dianggap sebagai tempat permulaan hari (fajar) dan lokasi kota "Lanka" nama lain dari Atlantis.

Dua gunung berapi super yaitu Gunung Toba dan Gunung Krakatau berada di Sumatera. Gunung Toba meletus sekitar 75.000 tahun lalu, memicu permulaan Zaman Es Pleistosen. Gunung Krakatu meletus sekitar 11.600 tahun lalu, memicu berakhirnya zaman Es Pleistosen yang berakibat naiknya permukaan air laut setinggi 10-150 meter, dan menenggelamkan dataran rendah kerajaan Atlantis Eden di Paparan Sunda.

Indonesia tidak hanya kaya akan sumber daya alam yang sangat berlimpah. Indonesia juga kaya akan gunung berapi aktif, sangat banyak sekali gunung berapi di Indonesia, karena sangat banyak itu, maka tidak berlebihan apabila Indonesia tercatat sebagai pemilik gunung api terbanyak di dunia. Jika biasanya di suatu negara hanya ada satu atau dua gunung berapi, di Indonesia justru tersebar 129 gunung berapi aktif. itu berarti 13% gunung berapi di dunia berada di Indonesia. Posisi berikutnya disusul oleh Jepang dan Italia.

Gunung-gunung berapi ada di Indonesia itu menyebar dan sepintas terlihat seperti sabuk atau cincin, maka tidak heran apabila deretan gunung berapi itu disebut oleh para ilmuan dengan sebutan gunung sabuk atau cincin api.

Secara teori, Indonesia wajar memiliki banyak gunung api. Ini lataran letak geografis Indonesia berada di pertemuan tiga lempeng bumu, yaitu Lempeng Pasifik, Lempang Australia dan Lempeng Asia. Ketiga lempeng ini tidak diam. mereka saling bergerak dengan titik tengahnya berada di wilayah Indonesia.

Lempeng yang terus bergerak ini menimbulkan tumbukan di titika pertemuan ketiga lempeng tersebut. Pada saat bertubruka itu ada sebagian yang "tertindih" masuk ke dalam bumi dan terjadi peleleran, maka terbentuklah gunung berapi. Bila lempengan bertubrukan ke atas, maka terjadilah gunung berapi seperti Gunung Himalaya, tetapi jika lempengan tersebut saling bergesekan bukan gunung yang akan terbentuk, melainkan gempa tektonik yang sangat hebat.

Arysio Santos meyakini bahwa Atlantis yang pernah digambarkan Plato sebagian sebuah negara yang makmur dengan kekayaan emas, batuan mulia, dan mother of civilization dengan kerajaan berukuran benua yang menguasai pelayaran, perdagangan, menguasai ilmu matalurgi, memiliki jaringan irigasi, dengan kehidupan berkesenian, tarian, tater, musik, dan olahraga itu adalah Indonesia.

Untuk memperkuat argumentasinya, Arysiso Santos juga merujuk pada tradisi-tradisi suci serta tentang mitos tentang banjir besar yang melanda seluruh dunia. Arysio Santos menetapkan bahwa pada masa lalu Atlantis merupakan benua yang membentang dari bagian selatan India, Sri Lanka, Sumatera, Jawa, Kalimantan, terus ke arah timur dengan Indonesia (yang sekarang) sebagai pusatnya.

Di wilayah itu terdapat puluhan gunung berapi yang aktif (sebagaimana telah ditulis diatas) dan dikelilingi oleh samudera yang menyatu bernama Orientale, terdiri dari Samudera Hindia dan Samudera Pasifik.

Dalam keyakinan Arysio Santos, Atlantis merupakan benua yang membentang dari bagian selatan dari India bagian Selatan, Sri Lanka, Sumatera, Jawa, Kalimantan, dan Paparan Sunda. Arysio Santos meyakini bahwa benua itu menghilang akibat letusan beberapa gunung berapi yang terjadi bersamaan pada akhir zaman Es sekitar 11.600 tahun yang lalu. 

Salah satu gunung besar yang meletus pada zaman itu dalah gunung Krakatau purba (induk gunung krakatau yang meletus pada tahun 1883) yang konon letusannya sanggup membuat gelap seluruh dunia. Letusan gunung berapi yang terjadi bersanaan ini menimbulkan gempa, pencairan es, banjir, serta gelombang tsunami yang sangat besar. Saat gunung berapi itu meletus, ledakannya membuka selat Sunda. Peristiwa ini juga mengakibatkan tenggelamnya sebagian permukaan bumi yang kemudian disebut Atlantis.

Menurut Arysio Santos, pada saat terjadinya letusan berbagai gunung berapi, lapisan es mencair dan mengalir ke samudera hingga luasnya bertambah. Air dan lumpur yang berasal dari abu gunung berapi tersebut membebani samudera dan dasarnya sehingga mengakibatkan tekanan luar biasa terhadap kulit bumi di dasar samudera, terutama pada pantai benua.

Tekanan ini mengakibatkan gempa, gempa ini diperkuat oleh gunung-gunung berapi lainnya yang meletus kemudian secara berurutan dan menimbulkan gelombang tsunami (air laut pasang yang sangat berlebihan ) yang sangat besar dan dahsyat. Arysio Santos menamakan peristiwa tersebut dengan "Heinrich Events". Bencana maha dahsyat ini jufa menyebabkan punahnya hampir 70% spesies mamalia yang hidup pada masa itu, termasuk manusia.

Mereka yang selamat kemudian berpencar ke berbagai penjuru dunia dengan membawa peradaban mereka di wilayah baru. "Kemungkinan besar dua atau tiga spesies manusia seperti hobbit yang baru-baru ini ditemukan di Pulau Flores musnah dalam waktu yang hampir sama".

Sebelum terjadinya bencana alam itu, beberapa wilayah Indonesia seperti Sumatera, Jawa, Kalimantan, dan Nusa Tenggara diyakini masih menyatu dengan Semenanjung Malaysia serta Benua Asia. Berdasarkan cerita dari Plato. Atlantis merupakan negara maju dan makmur yang kaya akan cahaya matahari sepanjang waktu. atasa dasar inilah yang menjadi salah satu teori Arysio Santos mengenai keberadaan Atlantis di Indonesia.

Dalam cerita yang dituturkan Plato, Atlantis juga digambarkan menjadi pusat peradaban dunia dari budaya, kekayaan alam, ilmu serta teknologi, bahasa dan lain-lain. Plato juga menceritakan nedara Atlantis yang kaya dengan bahan mineral serta memiliki sistem bercocok tanam yang sangat maju kala itu. Merujuk cerita dari Plato, Atlantis haruslah berada di daerah yang diyakini beriklim tropis yang memungkinkan sistem bercocok tanam yang maju hanya akan tumbuh di daerah yang didukung iklim yang tepat seperti iklim tropis.

Kekayaan Indonesia, termasuk rempah-rempah, menjadi kemungkinan lain keberadaan Atlantis di wilayah Indonesia. Kemasyhuran Indonesia sebagai surga rempah dan surga mineral bahkan kemudian dicari-cari oleh seluruh bangsa di dunia barat. Menurut Arysio Santos, pulau-pulau di Indonesia yang mencapai ribuan itu merupakan puncak-puncak gunung dan dataran tinggi Atlantis yang dulu tenggelam.

Satu hal yang ditekankan oleh Arysio Santos adalah banyak peneliti selama ini terkecoh oleh nama "Atlantis". Mereka melihat kedekatan nama Atlantis denga samudera Atlantik yang terletak diantara benua Eropa, Amerika dan Afrika. Padahal pada masa kuno hingga masa Christopher Columbus atau sebelumnya ditemukan Benua Amerika, Samudera Atlantik yang dimaksud adalah terusan Samudera Pasifik dan Hindia, sekali lagi, Indonesia memiliki syarat untuk itu karena Indonesia berada diantara dua samudera tersebut.

Jika terdapat begitu banyak kemungkinan Indonesia menjadi lokasi sesungguhnya Atlantis yang dimaksud, lalu mengapa nama Indonesia selama ini jarang disebut dalam referensi Atlantis? Arysio Santos menilai ketidak inginan Dunia Barat melakukan ekspedisi atau mengakui Indonesia sebagai wilayah Atlantis adalah karena hal itu akan merubah catatan sejarah tentang siapa penemu peradaban.

Baca Juga Penemuan Kapal Nabi Nuh Di Turki

Kesimpulan

Dengan adanya sejumlah bukti mengenai keberadaan Atlantis di Indonesia, teori yang mengatakan Barat sebagai penemu dan pusat peradaban dunia akan hancur. Kenyataan Atlantis (berada di Indonesia) kemungkinan besar akan mengakibatkan perlunya revisi besar-besaran dalam ilmu humaniora, seperti Antropologi, sejarah, bahasa, arkeologi, evolusi, paleoantropologi dan bahkan agama.

Secara tegas, Arysio Santos juga membantah hipotesis yang menyatakan bahwa musnahnya Atlantis disebabkan oleh tabrakan meteor raksasa yang disebabkan oleh komet danasteroid. Menurut Arysio Santos, tabrakan di luar angkasa adalah order of magnitude yang lebih jarang terjadi bila dibandingkan letusan gunung berapi.

Hipotesis lain yang dibantah oleh Arysio Santos adalah tesis yang menyatakan Atlantis musnah disebabkan oleh pergeseran kutub dan memanasnya Antartika pada zaman es. Menurutnya, fenomena seperti ini mustahil terjadi pada masa lalu jika dilihat dari sisi fisik dan geologis.

Baca Juga Sejarah Kalender Maya Dan Tengkorak Crystal Skull

Share this post

Related Posts

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel