Pidato Perdana Menteri Sutan Sjahrir Pada Upacara Penandatanganan Persetujuan Linggarjati
Minggu, 18 November 2018
Isi Pidato Perdana Menteri Sutan Sjahrir Pada Upacara Penandatanganan Persetujuan Linggarjati - Sidang yang Termulia dengan Penandatanganan Persetujuan Linggarjati ini sekarang berlaku suatu kejadian yang besar, artinya serta akan besar pula akibatnya bagi sejarah bangsa Indonesia. Masih banyak keragu-raguan, masih banyak kesangsian masih ada pula curiga terhadap kejadian yang penting ini. Masih kabur bagi orang terbanyak di negri ini, tempo yang dihadapannya.
Pidato Perdana Mentri Sutan Sjahrir Di Linggarjati
Perdana Menteri Sutan Sjahrir melakukan pidato pada saat upacara penandatanganan persetujuan yang diadakan di Linggarjati Kabupaten Kuningan Jawa Barat, adapun isi dari pidato Perdana Menteri Sutan Sjahrir tersebut adalah sebagai berikut.
Isi Pidato Perdana Menteri Sutan Sjahrir Di Linggarjati Kuningan
Masih pahlawan-pahlawan kita berhadapan dengan putera-putera negri Belanda dengan menggenggam senjata serta alat oembunuh yang lain, memandang satu dengan lain sebagai ancaman diri dan jiwa yang harus dilenyapkan sebagai musuh yang harus dilenyapkan. Masih ribuan, puluhan ribuan ornang dengan kita ini mengandung perih serta dendamhatinya oleh karena saudara kandungnya, ayahnya, ibunyam istrinya, suaminya, harta bendanya, kedudukannya, harapannya menjadi korban pergolakan sejarah di Indonesia.
Masih banyak perih, masih banyak luka, masih banyak keragu-raguan, masih banyak kesangsian, masih banyak kecurigaan, masih banyak benci, masih mendung dan gelap udara di Negara Indonesia yang sangat indah ini. Akan tetapi ada pula telah lega, ada pula terdengar dan terasa panas yang menghembuskan sesak dan dada keluar. Ada pula tanda-tanda yang menunjukkan akan jerih payah dan terangnya jiwa serta udara dikeliling kita.
Tanda-tanda kemungkinan melupakan yang lalu serta memusatkan perhatian serta harapan pada tempo yang dihadapkan, harapan kita bangsa Indonesia adalah kemerdekaan yang sempurna bagi bangsa kita. Hingga sekarang harapan kita terasa.
Sebagai ancaman bagi sebagian penduduk negri kita ini, terutama yang berasal dari negri Belanda. Bagi kita ihtiar serta perjuangan kita ini menimbulkan serta memupuk perasaan serta keyakinan keharusan berjuang, berkorban hingga menghancurkan rintangan dan lawan, yang menghalangi cita-cita, harapan, keinginan serta sebenarnya kebebasan jiwa kita.
Kita berhadapan dengan dunia dikelilingi kita sebagai halangan dan rintangan, sebagai lawan dan musuh. Ruangan hidup serta jiwa kita pandang dengan subjektivisme yang absolute. Suasana pertentangan, suasana perjuangan, suasana sesak meliputi kita, suasana itu pula di dalam diri serta jiwa kita.
Demikian pula mereka di negri ini yang merasa serta mengalamkan perjuangan kemerdekaan kita sebagai pengumuman serta perlakuan perang terhadap dirinya. Merekapun hidup di dalam suasana perjuangan dan pertentangan, di dalam suasana sesak diluar, dan didalam dirinya.
Suasana ini suasana gelap bagi jiwa. hidup didalam suasana itu berarti hidup di dalam gelap, akan tetapi di alam gelap yang panas. Perbuatan yang dilakukan didalam suasana itu adalah perbuatan yang dilakukan di dalam kegelapan. Kesalahan, pembinasaan, pembunuhan yang dilakukan didalam suasana yang gelap.
Demikian hendaknya perngertian serta tuntutan tanggung jawab kita pada sekalian kesalahan perkosaan, pembinasaan yang berlaku di dalam suasana perjuangan, pertentangan, suasana yang sesak dan gelap itu persetujuan yang kita tandatangani yang sekarang ini maksudkan sebagai langkah pertama untuk membebaskan kita pada suasana sesak ini.
Langkah pertama dalam ihtiar kita menghilangkan kegelapan, serta mengembalikan suasana yang terang dan jernih. Mengembalikan suasana yang obyektif. Suasana di dalam mana pekik "Merdeka" tidak lagi mengancam pada sesama manusia akan tetapi sebagai pekik kemanusiaan yang dapat pula menggerakkan tiap-tiap manusia yang lain, di dalam suasana baru yang lega ini, jiwa kemanusiaan mudah pula tergerak oleh tiap ancaman kemanusiaan.
Dunia penuh dengan pertentangan, penuh dengan bahaya perjuangan, dunia gelap. Di Indonesia kita menyalakan obor kecil, obor kemanusiaan, obor yang sehat, yang hendak menghilangkan suasana gelap. Suasana pertentangan yang menjadi akibat dan pada serta pula mengakibatkan perkosan dan pembinasaan. suasana sesak serta gelap. Marilah kita pelihara obor ini supaya dapat menyala terus serta menjadi lebih terang. mudah-mudahan akan ia merupakan permulaan terang di seluruh dunia. Terima kasih.
Baca Juga Koleksi Di Museum Keris Nusantara Solo
Baca Juga Koleksi Di Museum Keris Nusantara Solo
Penutup
Itulah isi Pidato Perdana Menteri Sutan Sjahrir Pada Upacara Penandatanganan Persetujuan Linggarjati. Semoga dengan mengetahui isi dan makna dari pidato Sutan Sjahrir ini kita selalu mengenang dan menghargai jasa para pahlawan kita, Semoga bermanfaat.
Baca Juga Sejarah Benua Atlantis Pasca Plato
Baca Juga Sejarah Benua Atlantis Pasca Plato