Pembabakan Zaman Pra Aksara Berdasarkan Ciri Kehidupan Masyarakat - Tempat Informasi -->

Sponsor:

Pembabakan Zaman Pra Aksara Berdasarkan Ciri Kehidupan Masyarakat

Pembabakan Zaman Pra Aksara Berdasarkan Ciri Kehidupan Masyarakat

Zaman pra aksara di Indonesia berdasarkan ciri kehidupan masyarakat, dibagi menjadi empat babak, yaitu masa berburu, dan masa pengumpulan mkanan tingkat sederhana, masa berburu dan mengumpulkan makanan tingkat lanjut, masa bercocok tanam dan masa perundagiam.

A. Masa Berburu Dan Mengumpulkan Makanan Tingkat Sederhana

pada masa ini, kehidupan manusia hanya terpusat pada upaya mempertahankan diri di tengah-tengah alam yang penuh tantangan, dengan kemampuan yang masih sangat terbatas. kegiatan pokoknya adalah berburu dan mengumpulkan makanan, dengan peralatan dari batu, kayu dan tulang. kehidupan manusia masih sangat tergantung pada alam lingkungan skitarnya.

1) Keadaan Alam

Kepulauan Indonesia terletak di antara dua benua, yaitu Benua Asia dan Benua Australia. ada pengaruh iklim dan pengaruh penyebaran hewan, manusia dan kebudayaan, sebagai akibat pernah bergabungnya Indonesia dengan kedua benua tersebut.

tepi pantai, sungai, danau, atau tempat-tempat yang banyak air dan bahan makanan merupakan tempat tinggal manusia purba.mereka mendapatkan makanan secara langsung dari alam, tanpa melakukan proses, baik dalam mengumpulkan sampai pada cara memakan.

2) Keberadaan Manusia

penelitian khusus tentang fosil manusia purba (Palaeoanthropologi) di Indonesia, dibagi dalam tiga tahapan, yaitu tahun 1889-1909, tahun 1931-1941, dan tahun 1952-sekarang.

a) penelitian tahap I pada tahun 1889 -1909
penelitian tahap satu ini dilakukan oleh Dr. Eugene Dubois, yang menduga bahwa manusia purba hidupnya pasti di daerah tropis. Dubois menemukan fosil sepotong tulang kobi yang bisa menandakan bawa pemiliknya berjalan tegak, di Trinil dekat Ngawi.

fosil tersebut adalah Pithecanthropus Erectus. pada masa ini, ditemukan pula fosil manusia Wajak di daerah Kediri Jawa Timur, dan penemuan manusia purba di Kedungtrubes. seluruh temuan Dubois tentang manusia purba di Indonesia adalah fosil-fosil tengkorak, ruas leher, rahang, gigi, tulang paha dan tulang kering.

b) penelitian tahap II pda tahun 1931-1941
penelitian ini dilakukan oleh Ter Haar, Oppenoorth, dan Von Koeningswald. mereka menemukan tengkorak dan tulang kering Pithecanthropus Soloensis di Ngandong, kabupaten Blora. juga pada tahun 1936 Tjokrohandojo menemukan fosil tengkorak anak-anak di utara Mojokerto. antara tahun 1936-1941, van Koeningswald menemukan fosl-fosil raha, gigi, dan tengkorak di Sangiran Surakarta.

c) penelitian tahap II
sebagian besar penemuan di Sangiran, yang menemukan bagian-bagian tubuh Pithecanthropus yang belum pernah ditemukan sebelumnya, seperti tulang muka dan dasar tengkorak.


Gambar Pembabakan Zaman Pra Aksara Berdasarkan Ciri Kehidupan Masyarakat


 

Jenis-jenis Manusia Purba di Indonesia

1. Meganthropus

Meganthropus Palaeojavanicus adalah manusia paling primitif yang pernah ditemukan di Indonesia oleh van Koeningswald tahun 1936 dan 1941 di formasi Pucangan, Sangiran. fosil yang ditemukan berupa rahang manusia purba yang berukuran besar.

dari hasil penelitian disimpulkan bahwa jenis manusia tersebut bertubuh sangat besar. fragmen rahang bawah lain ditemukan oleh Marks pada tahun 1952 di lapisan terbawah formasi Kabuh.

2. Pithecanthropus Erectus

fosil Pithecanthropus Erectus adalah fosil manusia yang paling banyak ditemukan di Indonesia, yaitu di Mojokerto, Kedungtrubus, Trinil, Sangiran, Sambungmacan, dan Ngandong. bentuk tubuh Pithecanthropus tidak setegap Meganthropus.

tinggi dari Pithecanthropus kira-kira 165-180 cm. fosil PithecanthropusErectus saat saling dihubungkan membentuk sebuah kerangka yang mirip kera. maka Pithecanthropus Erectrus berarti manusia kera berjalan tegak.

3. Homo Sapiens Wajak

homo sapiens wajak I ditemukan dekat Campur-darat Tulungagung Jawa Timur oleh Van Rietschoten tahun 1889, terdiri atas tengkorak, termasuk fragmen rahang bawah, dan beberapa buah ruas leher. temuan tersebut diselidiki pertama kali oleh Dubois pada tahun 1980 di tempat yang sama, terdiri atas fragmen-fragmen tulang tengkorak, rahang atas, rahang bawah, serta tulang paha dan tulang kering.

3) Teknologi

teknologi pada masa berburu dan mengumpulkan makanan tingkat sederhana, hanya mengutamakan segi praktis sesuai dengan tujuan penggunaannya saja, namun lama kelamaan ada penyempurnaan bentuk.

di Indonesia dikenal dua macam teknik pokok, yaitu teknik pembuatan perkakas batu yang disebut tradisi kapak perimbas dan tradisi serpih, pada perkembangan berikutnya ditemukan alat-alat dari tulang dan tanduk.

Movius menggolongkan alat-alat dari batu sebagai perkakas zaman pra aksara, yaitu kapak perimbas, kapak penetak, pahat genggam, proto kapak genggam, dan kapak genggam.

4) Kehidupan Sosial

manusia purba semenjak Pithecanthropus hingga Homo Sapines dari Wajak, menggantungkan hidupnya dari kondisi alam, daerah sekitar tempat tingalnta harus dapat memberikan persediaan makanan dan air yang dapat menjamin kelangsungan hidupnya.

mereka hidup berkelompok dengan pembagian tugas, bahwa yang laki-laki ikut kelompok berburu dan yang perempuan mengumpulkan makanan dari tumbuhan dan hewan-hewan kecil. selain itu, mereka juga bekerjasama dalam rangka menanggulangi serangan binatang buas maupun adanya bencana alam yang sewaktu-waktu dapat mengusik kehidupan mereka.

alat-alat yang dibuat dari batu, kayu, tulang dan tanduk terus-menerus mengalami penyempurnaan bentuk, sesuai dengan perkembangan alam pikiran mereka.

B. Masa Berburu Dan Mengumpulkan Makanan Tingkat Lanjut

pada masa berburu dan mengumpulkan makanan tingkat lanjut, di Indonesia sudah ada usaha-usaha untuk bertempat tinggal secara tidak tetap di gua-gua alam, utamanya di gua-gua payung, yang setiap saat mudah untuk ditinggalkan, jika dianggap sudah tidak memungkinkan lagi tinggal di tempatiitu

1) Keadaan Lingkungan

api sudah dikenal sejak sebelumnya, karena sangat bermafaat untuk berbagai keperluan hidup, seperti untuk memasak makanan, sebagai penghangat tubuh, dan untuk menghalau binatang buas pada malam hari.

terputusnya hubungan kepulauan Indonesia dengan Asia Tenggara pada akhir masa glasial keempat, terputusnya pula jalan hewan yang semula bergerak leluasa menjadi lebih sempit dan terbatas, dan terpaksa menyesuaikan diri dengan lingkungan baru. tumbuh-tumbuhan yang mula-mulanya ditanam adalah kacang-kacangan, mentimun, umbi-umbian dan biji-bijian seperti juwawut, padi dan sebagainya.

2) Keberadaan Manusia

ada dua ras yang mendiami Indonesia pada permulaan Kala Holosin, yaitu Autromelanesoid dan Mongoloid. mereka berburu kerbau, rusa, gajah, dan badak untuk dimakan. dibagian barat dan utara ada sekelompok populasi dengan ciri-ciri terutama Austromelanesoid dengan hanya sedikit campuran Mongoloid. sedangkan di Jawa hidup juga kelompok Autromelanesoid yang lebih sedikit lagi dipengaruhi oleh unsur-unsur Mongoloid. lebih ke timur lagi, yaitu di Nusa Tenggara (sekarang) terdapat pula Aoutromelanesoid.

3) Teknologi

ada tiga tradisi pokok pembuatan alat-alat pada masa Pos Plestosin, yaitu tradisi serpih bilah, tradisi alat tulang, dan tradisi kapak genggam Sumatera. persebaran alatnya meliputi Pulau Sumatera, Jawa, Sulawesi, Nusa Tenggara Timur, Maluku, dan Papua.

alat tulang ditemukan di Tonkin Asia Tenggara, sedangkan di Jawa ditemukan di Gua Lawa Semanding Tuban, di Gua Petpuruh utara Prajekan, dan Sodong Marjan di Besuki. kapak genggam Sumatera ditemukan di daerah pesisir Sumatera Utara, yaitu di Lhok Meumawe, Binjai, dan Tamiang.

4) Masyarakat

manusia yang hidupnya pada masa berburu dan mengumpulkan makanan tingkat lanjut, mendiami gua-gua terbuka atau gua-gua payung yang dekat dengan sumber air atau sungai sebagai sumber makanan, berupa ikan, kerang, siput dan sebagainya. mereka membuat lukiasn-lukisan di dinding gua yang menggambarkan kegiatannya, dan juga kepercayaan masyarakat pada saat itu.

C. Masa Bercocok Tanam

perubahan dari masa berburu dan masa mengumpulkan makanan tingkat lanjut ke masa bercocok tanam, memakan waktu yang sangat panjang, karena tingkat kesulitan yang tinggi. pada masa ini sudah dimulai ada usaha bertempat tinggal menetap di suatu perkampungan yang terdiri atas tempat tinggal-tempat tinggal sederhana yang dialami secara berkelompok. mulai ada kerjasama dan peningkatan kesejahteraan masyarakat dan ketentraman dalam hidupnya.

1) Manusia

manusia yang hidup pada masa bercocok tanam di Indonesia Barat mendapat pengaruh besar dari ras Mongoloid, sedangkan di Indonesia Timur sampai sekarang lebih dipenuhi oleh komponen Austromelanesoid.

kelompok manusia sudah lebih besar, karena hasil pertanian dan peternakan sudah dapat memberikan makan sejumlah orang yang lebih besar pula. jumlah anak yang banyak sangat menguntungkan, karena mereka dapat menghasilkan makanan yang lebih banyak pula.

2) Teknologi

masa bercocok tanam di Indonesia dimulai kira-kira bersamaan dengan berkembangnya kemahiran mengasah alat dari batu dan mulai dikenalkan teknologi pembuatan gerabah. alat yang terbuat dari batu dan biasa diasah adalah beliung, kapak batu, mata anak panah, mata tombak, dan sebagainya. diantara alat batu yang paling terkenal adalah beliung persegi.


3) Kehidupan Masyarakat

masyarakat mulai meninggalkan cara-cara berburu dan mengumpulkan makanan, mereka sudah menunjukkan tanda-tanda akan menetap di suatu tempat, dengan kehidupan baru, yaitu mulai bercocok tanam secara sederhana dan mulai memelihara hewan. proses perubahan tata kehidupan yang ditandai dengan perubahan cara memenuhi kebutuhan hidup masyarakat, terjadi secara perlahan-lahan namun pasti.

demikian pula dengan tempat tinggal, dari yang masih sangat sederhana berbentuk bulat dengan atap dan dinding dari rumbai, perlahan-lahan berubah sedikit demi sedikit bentuk yang lebih maju dengan daya tampung yang lebih banyak, untuk menampung keluarga mereka.

gotong-royong merupakan suatu kewajiban yang memang diperlukan untuk pekerjaan-pekerjaan yang memang memerlukan tenaga orang banyak, seperti mendirikan rumah dan membersihkan saluran air untuk cocok tanam.

masyarakat merasa bahwa tanah merupakan kunci dari kehidupan. oleh karena itu, mereka meningkatkan manfaat kegunaan tanah, termasuk penguasaan terhadap binatang-binatang peliharaan. yang jelas mereka sudah tidak lagi bergantung pada alam, mereka sudah mengadakan perubahan-perubahan, dengan menganggap sebagai pemilik atas unsur-unsur yang mengelilinginya.

4) Pemujaan Roh Nenek Moyang

pemujaan roh nenek moyang merupakan kepercayaan terhadap adanya kekuatan gaib menjadi adat kebiasaan masyarakat saat itu. kebiasaan semacam ini lazim disebut animisme dan dinamisme. sudah mulai ada kepercayaan tentang hidup sesudah mati, bahwa roh seseorang tidak lenyap pada saat orang meninggal dunia.

upacara-upacara pemakaman dilakuan sedemikian rupa agar roh yang meninggal tidak salah jalan menuju nenek moyang mereka. tradisi mendirikan bangunan megalitik (batu besar) muncul berdasarkan kepercayaan adanya hubungan antara yang hidup dengan yang mati. terutama karena adanya pengaruh yang kuat dari yang telah mati terhadap kesejahteraan masyarakat dan kesuburan tanaman.

D. Masa Perundagian

pada masa bercocok tanam, manusia sudah berusaha bertempat tinggal menetap dengan mengatur kehidupan untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka, yaitu dengan menghasilkan bahan makanan sendiri, baik itu dibidang pertanian maupun peternakan.

pada masa perundagian ini dimulai ditemukan bijih-bijih logam sehingga berbagai peralatan mulai dibuat dari logam. perkembangan berikutnya, perlu dibedakan golongan yang terampil dalam melakukan jenis usaha tertentu, misalnya gerabah, pembuatan benda-benda dari logam, perhiasan, dan lain sebagainya.

1) penduduk

manusia yang bertempat tinggal di Indonesia pada masa ini dapat diketahui dari berbagai penemuan sisa-sisa rangka dari berbagai tempat, antara lain di Anyer Utara Jawa Barat, Puger Jawa Timur, Gilimanuk Bali, dan Meloko Sumba Timur. pada masa perundagian ini perkampungan sudah lebih besar, dan mereka kemudian mulai mengadakan aktivitas perdagangan.

2) Teknologi

pada masa perundagian ini, teknologi berkembang sangat pesat, sebagai akibat adanya penggolongan-penggolongan dalam masyarakat. dengan beban pekerjaan tertentu, banyak jenis pekerjaan yang mempunyai disiplin tersendiri-tersendiri sehingga semakin beraneka ragam perkembangan perdagangan dan pelayaran.

teknologi yang berkembang seiring dengan perkembangan kebutuhan, nampaknya menyangkut dan melibatkan berbagai bidang yang lain. saat itu juga sedang berkembang teknologi peleburan, pencampuran, penempaan, dan percetakan berbagai jenis logam yang dibutuhkan oleh manusia.

di Indonesia, berdasarkan temuan-temuan arkeologis, penggunaan logam sudah dimulai beberapa abad sebelum masehi, yaitu penggunaan perunggu dan besi. secara berangsur-angsur dan bertahap, penggunaan kapak batu diganti dengan logam. namun logam tidak mudah menggeser peranan gerabah yang masih tetap gerabah karena memang tidak semuanya dapat digantikan dengan logam.

3) Kehidupan Sosial Budaya

seni ukir dan seni hias yang diterapkan pada benda-benda megalitik mengalami kemajuan yang pesat, sedangkan yang sangat menonjol pada masa perundagian ini adalah kepercayaan kepada arwah nenek moyang, karena dipercaya sangat besar pengaruhnya terhadap perjalanan hidup manusia dan masyarakat.

olah karena itu, arwah nenek moyang harus diperhatikan dan dipuaskan melalui upacara-upacara. kehidupan dalam masyarakat masa perundagian adalah hidup yang penuh rasa setia kawan. perasaan solidaritas ini tertanam dalam hati setiap orang sebagai warisan dari nenek moyang.

Share this post

Related Posts

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel