Sejarah Benua Atlantis Dan Pilar-Pilar Hercules - Tempat Informasi -->

Sponsor:

Sejarah Benua Atlantis Dan Pilar-Pilar Hercules

Sejarah Benua Atlantis Dan Pilar-Pilar Hercules - Sebagian orang meyakini bahwa pilar Hercules itu tidak lain adalah Gibraltar. Namun, menurut Arysio Santos, bahwa Gibraltar bukanlah pilar Hercules, pilar-pilar yang ada di Gibraltar adalah pilar-pilar palsu dan tidak pernah diterima sebagai pilar-pilar yang sesungguhnya oleh pakar dimanapun.

Terlebih ada sekelompok "pilar Hercules" yang ditempatkan di wilayah Gibraltar dan juga Selat-selat lain  seperti : Bosphorus, Syrtis. Babel-Mandeb, Bosphorus Crimmeria, dan lain-lain. Tetapi banyak pakar yang berkesimpulan bahwa Atlantis pasti hampir tidak pernah ada di sebelah luar Gibraltar dan telah mencari Benua misterius yang tenggelam di tempat lain.

Gibraltar Sebagai Pilar Hercules Di Zaman Benua Atlantis 


Gambar Sejarah Benua Atlantis Dan Pilar-Pilar Hercules



Pilar Hercules telah tersebar diseluruh penjuru dunia, namun untuk mengatakan bahwa disanalah letak Atlantis, hal itu harus diuji terlebih dahulu, alasan yang dikemukakan oleh para pakar tersebut adalah karena selat Gibraltar tidak memenuhi syarat-syarat yang ditetapkan leh Plato.

Dalam pandangan Arysio Santos, bahwa istilah pilar Hercules, Hisperia, Libia, Funiasia dan sebagainya, memiliki identitas ganda, yaitu, identitas biasa dan identitas antipodal yang bersifat rahasia. Terlebih lagi, beberapa diantaranta memiliki banyak identitas dan digunakan secara terus menerus. Begitu ditemukan suatu tempat yang sesuai dengan deskripsi Plato atau Diodorus. 

Perlu kita ingat dan ketahui, bahwa nama-nama Dewa yang sifatnya sakral dipakai berulang-ulang untuk tempat-tempat yang berbeda dan untuk dewa-dewa serta pahlawan-pahlawan lainnya, karena itu, jikalau pernah, nama-nama itu jarang memiliki makna yang berasal, atau karena diri mereka sendiri.

Menurut Arysio Santos, kita tidak boleh begitu saja percaya dengan apa yang dikatakan oleh Plato yang masih dalam bentuk mitos, mitos itu harus di transformasikan terlebih dahulu ke dalam bentuk fakta ilmiah dan pembongkaran apa yang disembunyikan oleh dalam mitos yang dikatakan tersebut. Dan kemudian dari fakta ilmiah itulah kita melakukan kajian dan penelusuaran.

Menurut Arysio Santos, hal yang sangat mengenaskan, yang terjadi hingga saat ini adalah para pakar hanya memahami kata-kata Plato secara Harafiah. Seharusnya apa yang dikatakan oleh Plato tidak diartikan secara harafiah, karena idenya adalah untuk membingungkan orang yang masih awam, yaitu publik secara umum, termasuk pakar itu sendiri.

Berikut ini adalah argumen Arysio Santos, yang mengatakan bahwa Mengapa Gibraltar tidak dapat disebut Pilar Hercules

Pertama
Tidak pernah ada "Pulau" besar apapun yang memunyai ukuran sama dengan benua di depan Sela Gibraltar. Wilayah ini telah dipetakan secara hati-hati dan secara harafiah dijelajahi untuk mencari Atlantis yang lain, baik di zaman kuno ataupun dizaman sekarang. Dan hanya kepulauan kecil seperti Espartel dan Azore yang pernah ditemukan disana oleh ribuan penjelajah wilayah yang sangat luas tersebut.

Kedua
Wilayah Atlantik tidak pernah "tidak dapat dilayari" di wilayah Gibraltar atau sebenarnya - bahkan dihampir semua wilayah Samudera itu, termasuk Laut Sargasso dan Laut Karibia.

Ketiga
Sangat jelas bahwa orang Mesir ataupun orang Yunani belum ada sebagai bangsa pada penanggalan Pleistosen yang sedemikian tua, yang menurut Plato merupakan masa dimana Atlantis berkembang sangat pesat. Era ini adalah zaman es, ketika tidak satupun peradaban yang kita kenal telah ditemukan, tetapi, budaya bercocok tanam telah ada pada saat itu, dan itulah kemungkinannya.

Ke-Empat
Dahulu- atau bahkan setidaknya sekarang, tidak ada pulau besar atau kecil dalam perjalanan menuju "benua yang berhadapan" yang di dientifikasikan oleh sebagian besar orang sebagai Amerika, jadi, Plato dengan sangat jelas menunjuk wilayah lain, kecuali dia berbicara tanpa berpikir, seperti orang bodoh.

Itulah 4 argumentasi yang dikatakan oleh Arysio Santos.

Pilar Hercules Yang Sesungguhnya

Noel, dalam Dicrionery of Mythology (Paris, 1867) dalam bukunya yang sangat terkenal, menegaskan bahwa "Bangsa Funisia, yang dalam ikhtiar mereka di Mauritania (Maroko) melihat gunung-gunung tinggi di negri ini ditutupi salju dan disembunyikan oleh awan, menamai mereka Atlas, yang demikian merubah sang raja, yang merupakan simbol Astronomi, menjadi sebuah gunung yang puncaknya menyangah langit".

Mitos ini sangat menarik, menurut Arysio Santos, jelas mirip dengan mitos yang dituturkan oleh Ovid dalam Metamophoses-nya. Menurut penyair tersebut, Perseus, yang menjadi sakit karena perlakuan sag raksasa, memperlihatkan kepala Medusanya kepada Atlas hingga dia berubah menjadi batu yang sangat luar biasa besar dan tinggi seperti gunung. dan dianggap memikul langit diatas kepala dan bahunya.

Menurut Arysio Santos, mitos ini hanyalah sekedar informasi, behkan juga ditemukan di wilayah lainnya seperti Amerika. Ini hanyalah merupakan kiasan atas perubahan bentuk manusia menjadi batu, dan kemudian terfosiliasi. Fakta ini bisa dilihat dengan jelas di Pompey dan Herculaneum, dimana sejenis "arca" yang terfosiliasi dipamerkan untuk menarik perhatian para wisatawan yang berkunjung ketempat tersebut.

Harus diakui bahwa orang-orang Funisia dan Yunani-lah yang memberi nama Atlas pada gunung-gunung Maroko tersebut. Peristiwa ini terjadi pada saat mereka mulai mengeksplorasi wilayah tersebut pada abad ke-6 Sebelum Masehi atau sekitarna, bersama Hammo dan Himilco, dan sebagainnya. Dan menurut Herodotus dan lainnya, orang-orang Funisia merupakan Instruktur bangsa Yunani dalam banyak hal, diantaranya mitologi dan menulis.

Jadi mereka mewariskan hal ini yang tidak diketahui oleh bangsa Barbar sendiri - kepada bangsa Yunani, yang lalu menyebarkannya kepada bangsa Romawi. Tetapi, semua penanggalan yang dibicarakan di sisni terlalu terlambat untuk menjadi penanggalan yang berguna dalam pencarian Atlantis.

Apalagi, gunung ini juga bukan sebuah gunungberapi dan karenanya tidak sesuai dengan penyebutannya sebagai "Pilar Langit". Gagasan "pilar langit" sebenarnya berkaitan dengan asap Vulkanik, yang membumbung ke angkasa seakan-akan (asap tersebut) menyanggah seperti pilar.

Pilar-pilar langit yang berbentuk "cendawan ataom" itu dapat ditemui ketika ada ledakan dahsyat dari sebuah gunung berapi, seperti pada ledakan gunung Toba dan ledakan Gunung Krakatau di Indonesia. Dan setelah pasca ledakan tersebut, gunung-gunung berapi pun masih mengeluarkan asap dari cerobong yang dimilikinya, dan asap yang bersumber dari cerobong gunungberapi inilah yang disimbolisasikan sebagai pilar-pilar yang menyangga langit.

Jika kita menyimak dengan seksama semua atau sebagian besar rujukan-rujukan kuno tentang pilar-pilar semacam ini mengingatkan kepada gagasan tentang sebuah gunung berapi dan asapnya, khususnya dalam awan-awan asap yang tidak pernah pergi dari puncak gunung.

Menurut mitologi Funisia, yang darinya berawal mitologi Yunani tentang Hercules, kedua pahlawan sering digambarkan sebagai Avatar Atlas dan Kronos, tampaknya merupakan nama lain Hercules. Kedua pahlawan atau Dewa ini juga sering diperkenalkan dalam Orphisme. Pada kenyataannya, kedua pahlawan tersebut melambangkan dua suku bangsa besar Yunani, bangsa Pelagia, yang terbagi atas bangsa Funisia dan Eturia - serta bangsa Arya.

Komponen pertama sama dengan bangsa Dravida atau "bangsa berkulit merah" dan yang kedua dengan bangsa Indo-Eropa atay Yavana atau "bangsa berkulit putih". Perselisihan kedua bersaudara tersebut sebenarnya dapat disamakan dengan Perang Atlantis, seperti yang dikemukakan oleh Plato dalam dialognya.

Berawal dari sini kitapun sebenarnya dapat menarik kesimpulan bahwa dongeng dari Funisia tersebut tidak lebih dari dongeng yang diderivasikan dari dongeng tentang Atlantis-nya versi Plato. Dan ketika kita mengejar terus menerus sumber dongeng-dongeng yang ditulis oleh Plato ke dalam bukunya tersebut, maka kita akan memperoleh bahwa sumber utama dari dongeng Plato tersebut berasal dari mEsir. Sedangkan Mesir adalah salah satu tempat pelarian dari orang-orang Atlantis (Indonesia) dari bencana alam, yangsaat itu telah memporak-porandakan negrinya.

Pilar Hercules Dan Letak Benua Atlantis Di Jalan Bimini

Pada tahun 1968, Dr. Manson Valentine menemukan reruntuhan yang kemudian diberi nama "Bimini Road" (jalan Bimini), jalan Bimini itu adalah sejumlah tembok, pondasi, jalan, dan dermaga yang tersembunyi di kedalaman. Lokasinya disebelah timur Bimini Utara, jalan Bimini adalah formasi batu tenggelam yang terlihat seperti jalan di Sebelah Utara kepulaunan Bimini Utara. Temuan ini secara sepontan saja menyulut kontroversi keberadaan Benua Atlantis yang kemudian menjadi perbincangan publik. Bagi para sebagian saintis menilai bahwa, Bimini Road tidak lebih dari sekumpulan karang dan bebatuan laut saja.

Akan tetapi, bagi mereka yang percaya, tidak mungkin ada bebatuan laut yang membentuk pola-pola sedemikian rapi dalam sekala yang begitu besar. Apakah mungkin ada sekumpulan bebatuan laut yag secara kebetulan memiliki bentuk semacam tiang-tiang besar sejenis si bawah permukaan laut itu?.

Untuk kaum yang percaya, ditemukannya Bimini Road adalah kebenaran atasa ramalan Edgar Cayce. Edgar Cayce adalah seorang peramal fenomenal supranatural yang meninggal pada tahun 1945. Pada masa kehidupannya, Edgar telah melakukan ratusan wawancara dengan "alam Gaib" serta pengamatan spiritual yang membuktikan bahwa Atlantis memang pernah benar-benar ada. uniknya, pada 1940, Edgar Cayce telah meramalkan penemuan jalan Bimini oleh Dr. Manson Valentine.

Menurut  Arysio Santos, penemuan jalan Bimini ini merupakan sebuah fakta ilmiah yang merusak yang harus dilihat secara skeptis yang ekstreem oleh semua pihak, hingga hal ini dibuktikan secara independen oleh sejumlah peneliti lain, seperti banyak dikatakan orang "klaim besar membutuhkan bukti besar".

Baca Juga Penemuan Kapal Nabi Nuh Di Turki

Penutup

Seorang Presiden Lembaga Egiptologi, bernama DuVal pernah menyatakan bahwa dia telah menemukan piramida-piramida yang tenggelam di dekat kepulauan Bimini, dekat pulau-pulau rendah Florida. Piramid-piramid ini diduga penuh dengan inskripsi hieroglif aneh, penutup kristal emas (Piramidion) dan lain-lain. Pada akhirnya, piramid-piramid ini menyusut hingga menjadi tumpukan batu yang dinamakan Batu Scott.

Yang jauh lebih buruk adalah bahwa "batu" ini berubah menjadi tong-tong yang dipenuhi semen yang diletakkan ditempat itu untuk memecahkan ombak di pantai itu. Wadah metalnya berkarat dan hanya semen yang tertinggal sehingga terkesan seperti pilar batu, fakta ini telah dikiritisi oleh sejumlah arkeolog kelautan.

Baca Juga Sejarah Menyingkap Tabir Benua Atlantis

Share this post

Related Posts

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel