Sejarah Atlantis Dan Selat Sunda Adalah Pilar Hercules
Kamis, 03 Mei 2018
Sejarah Atlantis Dan Selat Sunda Adalah Pilar Hercules - Rupanya, Indonesia merupakan sumber dari mitos tentang Hercules membuka selat Gibraltar. Disini kisah serupa diceritakan tentang Krakatau dan pembukaan Selat Sunda, yang tampaknya merupakan peristiwa geologis di akhir masa Pleistosen dan awal dari masa Holosen. Cerita ini dikisahkan dalam pustaka raja purwa, kronik Jawa yang sangat terkenal, yang realitas geologisna hampir tidak bisa diragukan lagi.
Benarkah Selat Sunda Itu Pilar Hercules?
Sumber utama dari mitos yang dibicarakan disini selalu Ramayana, kisah Hindu yang memikat. Ramayana menceritakan secara detail, dalam salah satu bagian terpentingnya, bagaimana Sri Rama dan Hanoman membangun sebuah jalan lintas dari batu apung untuk menginvasi Lanka.
Lanka adalah ibukota kekaisaran Rahwana yang mendunia. demikianlah, Lanka adalah prototip sesungguhnya dari Troy dan Atlantis. jembatan ini sering disalahartikan sebagai Selat Palka di Sri Lanka, yang menghubungkan pulau tersebut dengan anak Benua India. Tetapi, ini merupakan akibat dari tertukarnya (penggantian) Sri Lanka dengan Lanka sesungguhnya, yang sebenarnya berada di Melayu. Dan, Selat ini sering disebut sebagai Jembatan Rama (Ramsetu atau Setubandha) atau lebih tepatnya Jemabatan Adam.
Kisah Filar Hercules Dalam Beberapa Versi
Fakta ini lagi-lagi menunjukan bagaimana mitos-mitos dengan mudah berpindah dari satu pahlawan ke pahlawan lain, dari satu tempat ke tempat lain, seperti yang terjadi pada Gibraltar dan Bosphorus, serta lainnya. Dalam Ramayana, diceritakan pula tentang bagaimana Sri Rama serta Hanoman, setelah menghancurkan Lanka, membelah (membuka) jalan lintas yang menghubungkan pulau tersebut. Samudera jadi tidak terbendung, menginvasi seluruh wilayah hingga kota itu terkubur di bawah laut.
Dalam versi Kristen dan Islam dari legenda Hindu ini, jembatan ini (Ramasetu) digunakan oleh Adam ketika dibuang dari Surga, yang secara teoritis berada di pulau Sri Lanka. Dan, jembatan ini dirusak (dibuka) untuk mencegah Adam yang berusaha kembali ke surga.
Cerita tentang banjir seperti itu juga berada dalam kisah Troy dan seperti yang telah kita ketahui dengan baik sekarang, dalam kisah Atlantis itu sendiri. cerita ini juga ada di dalam kisah tentang Tyre, saat Alexander diduga membangun jalan lintas serupa untuk menginvasi pulau yang dibentengi tersebut, tempat kota tersebut berada sebelumnya.
Yang cukup menarik bahwa jalan pintas Tyre benar-benar ada, bahkan hingga sekarang. tentu saja, jalan lintas ini tidak pernah dibangun oleh Alexander, tetapi oleh Funisia itu sendiri. hal ini menunjukan bagaimana mitos sebenarnya sering dipindahkan ke alam realitas-sejarah. Ramayana adalah sebuah roman awal, cerita tentang mitos Atlantis dengan sangat rapi, persis seperti yang dikatakan oleh Plato.
Cerita ini pada dasarnya juga sangat mirip dengan Iliad-nya Homer dalam setiap detailnya. Dan kesamaan ini tidak hanya mencakup kebakarana dan diikuti dengan tenggelamnya ke dasar laut, tetapi juga perang besar, penculikan ratu yang plinplan oleh sang penjahat, balsa dendam mengerikan seorang raja yang istinya tidak setia.
Lokasi SetuBandha yang sebenarnya adalah Semenanjung Malaya, yang sesungguhnya bermula dari kepulauan Indonesia ke Benua Asia seperti jembatan. sebuah pembagian yang seksama terhadap naskah-naskah ini akan mudah menunjukkan kesamaan yang luar biasa tentang keberadaan pilar Hercules.
Tetapi, yang jauh lebih menarik adalah fakta bahwa mitos yang telah menyebar luas ini berasal dari peristiwa-peristiwa geologis yang nyata. peristiwa-peristiwa ini terkait dengan Krakatau. Dan bencana ini tampaknya juga merupakan bab dari berakhirnya zaman Es Pleistosen. Letusan dahsyat gunung Krakatau di masa prasejarah ini adalah salah satu letusan terbesar yang pernah terjadi. Menurut para pakar, letusan ini sama dengan ledakan 10.000 bom hidrogen dengan berat masing-masing satu megaton atau sekitar sepuluh kali gudang nuklir seluruh dunia.
Ledakan itu menciptakan kaldera raksasa berdiameter 50 km yang mengakibatkan terbukanya Selat Sunda. Selat ini sekarang memisahkan Jawa dan Sumatera. Energi yang sangat dahsyat ini cukup untuk meluluhlantahkan seluruh dunia, seperti yang sekarang disadari oleh kebanyakan ilmuan. Terlebih lagi, diperkirakan bahwa ledakan gunung berapi raksasa di bawah laut ini membawa seratus km kubik air laut yang teruapkan ke dalam atmosfer, suatu jumlah yang cukup banyak yang menghasilkan hujan yang sangat deras yang menjadi ciri mitos banjir tersebut.
Gempa-gempa dahsyat yang diciptakan oleh ledakan kolosal tersebut juga mengakibatkan tsunami-tsunami raksasa yang dilaporkan dalam sejumlah tradisi tentang banjir semesta yang ditemukan diseluruh dunia, termasuk Amerika.
Tsunami-tsunami raksasa ini mungkin menghantam gletser-gletser kontinents, membawanya ke laut, dan mempercepat berakhirnya zaman es. Dan hal ini ditambah dengan reduksi albedo yang disebabkan oleh endapan jelaga dan tumpukan abu dari letusan gunung berapi.
Jelas sekarang, pahlawan-pahlawan mistis seperti Sri Rama dan Hercules merupakan personifikasi dari gunung berapi. Demikian pula Dewa-dewa pembawa petaka seperti Dewa Wisnu dan Dewa Siwa dan banyak lagi yang lain. Para pahlawan dan dewa ini biasanya kembar, seperti Hercules dan Atlas, Rama dan Hanoman, Siwa dan Wisnu, Agni dan Indra, dan lain-lain. Para pahlawan dan dewa kembar ini dapat disamakan dengan dua pilar Hercules, yang sendirinya terdiri dari gunung berapi kembar, dan gunung berapi kembar adalah sesuatu yang langka kecuali di Indonesia, pusat gempa dan cincin atau sabuk api.
Dua pahlawan ini juga dapat disamakan dengan dua pasanga pilar-pilar sejenis. satu pasang pilar didedikasikan untuk Hercules (di Gibraltar) dan pasangan yang lain didedikasikan untuk Atlas, di Indonesia. Sebenarnya, peristiwa sesungguhnya terjadi di indonesia, lokasi utama dari cincin api pasifik. Pilar-pilar Gibraltar hanyalah bayangan (terbalik) yang tidak mengandung realitas.
Gunung Atlas adalah pilar langis sesungguhnya, yang terdiri dari dua gunung. Dan, dia terletak di Selat Sunda (Karakatau dan Toba). selat Gibraltar tentu saja pilar semu semata, tidak punya gunung berapi dan "Pilar Langit".
Hal yang sama pun berlaku untuk pegunungan Atlas di Maroko, yang lagi-lagi bukan merupakan gunung berapi, bahkan, bangsa Barbar (bangsa asli wilayah ini) menolak identifikasi ini, yang baru muncul belakangan dan berasal dari ulah bangsa Yunani serta Funisia yang berusaha membodohi orang-orang awam.
Jadi adalah alamiah jika dunia mempunyai dua pilar, satu di Gibraltar tempat kediaman Hercules dan satu lagi di Malaka (Indonesia) tempat tinggal Atlat (kakak dari Hercules). Dua pahlawan ini tampaknya dikelirukan (dicampuradukkan) satu dengan yang lainnya. Hercules menjadiGadeiros atau Geryon, dan Atlas bisa menjadi saudara (kembar) yang tua ataupun yang muda, tergantung pada cerita tersebut.
Indonesia mempunyai syarat-syarat yang dikatakan oleh Plato dalam mendeskripsikan pilar-pilar Hercules, hal ini dibuktikan dari berbagai kondisi Indonesia dan Selat Sunda benar-benar sesuai dengan kondisi Atlantis yang dilukiskan oleh Plato, berikut ini adalah syarat-syarat yang diajukan oleh Plato :
- Selat sempit menuju samudera
- Pulau Atlantis yang luas dan setengah tenggelam membentuk beting-beting yang tidaj dapat dilalui di depan selat tersebut dan membuat wilayah tersebut "tidak dapat dilayari".
- Banyak pulau di luarnya (dilewati), dalam perjalanan menuju Benua Luar.
- Benua Luar di luar (yang dilewati), rupanya adalah wilayah Amerika.
Lalu bagaimana dengan wilayah Gibraltar? apakah sesuai dengan apa yang diisyaratkan oleh Plato tersebut? Berikut ini pendeskripsian tentang Gibraltar
Pendeskripsian Selat Gibraltar
- Selat sempit menuju samudera
- Tidak ada beting atau pulau dalam ukuran tertentu, baik pulau yang tenggelam ataupun yang tidak tenggelam.
- Tidak banyak "pulau di perjalanan" yang berperan sebagai pusat transit bagi kapal-kapal dalam perjalanan ke Benua luar.
- Benua Luar sama dengan Wilayah Amerika.
Untuk wilayah Gibraltar, hanya wilayah Amerika sendiri yang selaras dengan apa yang diisyaratkan oleh Plato. Memang di wilayah Gibraltar di dapatkan adanya kepulauan Azore dalam perjalanan menuju wilayah Amerika. Tetapi, pulau-pulau kecil ini tidak bisa dikatakan sebagai tempat transit karena laut disekitarnya terlalu berbahaya untuk dijadikan tempat transit untuk kapal-kapal yang membutuhkan persediaan makanan, seperti yang ditemui oleh lebih dari satu penjelalajah.
Columbus, yang akrab dengan laporan-laporan ini, dengan hati-hati menghindari pulau ini dalam perjalannya ke wilayah Amerika. Bahkan, jika kita mengabaikan keberadaan wilayah Amerika, seperti yang biasanya dilakukn oleh orang-orang kuno, geografi wilayah Gibraltar yang sesungguhnya tidak memadai untuk memberi makna yang benar-benar sejalan dengan penjelasan Plato secara rinci.
Disamping itu, siapapun pasti akan kesulitan untuk menetapkan sebuah "Benua Luar" yang layak, karena Plato san sumber kuno lainnya tidak menganggap Asia (jika kehadiran Amerika tidak di hiraukan, berarti Asia lah yang menjadi kandidat "benua luar" Gibraltar) sebagai benua, tetapi hanya sebuah pulau.
Yang harus digarisbawahi mengenai ap yang dikatakan oleh Plato dalam mendeskripsikan Atlantis adalah kata "pulau" menurut Plato adalah "benua". Apa yang dikatakan oleh Plato tersebut,menurut Arysio Santos, harus diartikan "didepan atau di muka" atau sebaliknya "berlawanan atau atipoda terhadapnya".
Baca Juga Sejarah Katedral La Sagrada Familia Yang Dibangun Gaudi
Baca Juga Sejarah Katedral La Sagrada Familia Yang Dibangun Gaudi
Kesimpulan
Jika kita mengambil makna dari antipoda untuk menafsirkan apa yang dikatakan oleh Plato, maka bisa disimpulkan bahwa pilar-pilar Hercules sesungguhnya yang dimaksud oleh Plato adalah Selat Sunda, yang berada di Indonesia.
Berikut adalah keadaan sesungguhnya mengenai keberadaan Selat Sunda :
- Selat sempit dari Samudera (Hindia) menuju wilayah Indonesia yang kini setengah tenggelam, tetapi sebelumnya merupakan benua yang sangat luas.
- Pulau-pulau Indonesia yang setengah-tenggelam dan sangat luas tersebut membentuk beting-beting yang tidak dapat dilalui.
- Banyak pulau-pulau Indonesia laksana surga di perjalanan (Indonesia, Melanesia, Micronesia, Polinesia) yang membuat perjalanan panjang jadi menyenangkan.
- Benua Luar yang berada di luar wilayah ini adalah Amerika.
Dari apa yang dideskripsikan tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa Indonesia memang sisa-sisa daratan luas yang tenggelam. dan inilah yang menyebabkan Plato menyebut Atlatis Sebagai "pulau".
Baca Juga Sejarah Atlantis Dan Asal Mula Bangsa Mesir
Baca Juga Sejarah Atlantis Dan Asal Mula Bangsa Mesir