Peradaban Bangsa Atlantis Dan Bangsa Lemuria Menemukan Teknologi
Jumat, 30 Maret 2018
Peradaban Bangsa Atlantis Dan Bangsa Lemuria Menemukan Teknologi - Peradaban kuno diawali dari tumbuhnya bangsa Lemuria atau bangsa Mu. Tumbuhnya bangsa yang menghasilkan peradaban kuno ini berada jauh dari sebelum tumbuhnya peradaban Atlantis.
Para peneliti menempatkan era peradaban Lemuria sekitar periode 75.000 SM hingga 11.000 SM. jika dilihat dari periode tersebut, dan apabila kepunahan bangsa Lemuria adalah disebabkan bencana besar seperti
bencana banjir dan gempa bumi akibat letusan gunung berapi. Bangsa Atlantis dan bangsa Lemuria seharusnya pernah hidup bersama selama ribuan tahun lamanya.
Peradaban Kuno Yang Mengawali Tumbuhnya Peradaban Di Atlantis
Ide Benua Lemuria terlebih dahulu terkenal dibanding peradaban Atlantis dan peradaban Mesir Kuno, dan penjelasannya didapatkan dari Augustus Le Plongeon, seorang peneliti dan penulis pada abad ke 19, yang mengadakan penelitian terhadap situs-situs purbakala peninggalan Bangsa Maya di Yucatan.
Hingga waktu sekarang ini, bekas letak wilayah Benua Lemuria masih menjadi kontroversi. Namun, berdasarkan bukti arkeologis dan beberapa teori yang dikemukakan oleh para peneliti, kemungkinan besar peradaban tersebut menempati tempat di Samudera Pasifik, yaitu sebuah kawasan Easter Island yang sangat misterius juga yang merupakan bagian dari Benua Lemuria.
Hal ini paling tidak dapat menjadi petunjuk dari keberadaan catatan kuno yang telah terukir pada beberapa artefak. Semua secara teoritis mengacu pada bekas-bekas peninggalan peradaban maju pada masa lampau.
Selain itu, dapat dikaji mitologi turun temurun pada para suku Maori dan suku Samoa yang saat itu menetap di pulau-pulau di sekitar samudera Pasifik. Mereka juga menyebutnya bahwa dahulu kala pernah ada sebuah daratan besar di kawasan Pasifik yang hancur diterjang oleh gelombang pasang air laut atau Tsunami.
Hancurnya Benua Atlantis
Tetapi, sebelum terjadinya bencana Tsunami, bangsa-bangsa mereka itu telah hancur akibat terjadinya peperangan, keadaan benua Lemuria itu digambarkan sangat mirip dengan peradaban Atlantis, diantaranya adalah wilayah yang memiliki tanah subur, memiliki ciri masyarakat yang makmur, dan penguasaan terhadap beberapa jenis ilmu pengetahuan yang lebih baik.
Faktor-faktor tersebut tentunya menjadi sebuah landasan pokok bagi Bangsa Lemuria untuk tumbuh dan berkembang pesat sebagai sebuah peradaban yang maju dan memiliki banyak ahli atau ilmuan yang dapat menciptakan suatu terobosan baru dalam ilmu pengetahuan dan teknologi. Oleh karena itu, berdasarkan hasil riset dan pencarian secara spiritual, bangsa Lemuria dan bangsa Atlantis menggunakan kristal secara intensif dalam kehidupan mereka.
Edgar Cayce, seorang spiritualis Amerika mengungkapkan temuannya pada kemungkinan bangsa Lemuria memanfaatkan kristal. Kuil-kuil di Lemuria dan Atlantis mengoptimalkan penggunaan sebuah kristal generator raksasa yang dikelilingi kristal-kristal lainnya.
Kristal-kristal tersebut dimanfaatkan sebagai sumber tenaga untuk media penyembuhan. Penelitian arkeologis dan spiritual yang dilakukan oleh dua pihak yang berbeda, dan uniknya dari dua penelitian tersebut memiliki kesamaan dalam hal sampel objek kajiannya, yaitu kristal-kristal Old Soul. Dari hasil riset yang intentif diperoleh temuan beberapa monumen batu misterius di bawah perairan Yonaguni di Jepang. Dan para ahli pun menduga monumen-monumen tersebut merupakan sisa-sisa peradaban bangsa Lemuria.
Perbedaan Peradaban Bangsa Lemuria Dan Bangsa Atlantis
Adapun perbedaan peradaban antara bangsa Lemuria dan bangsa Atlantis adalah pada strategi mengandalkan fisik, teknologi, dan orientasi untuk ekspansi. Pada bangsa Atlantis dipusatkan pada bagaimana mengandalkan fisik menggunakan teknologi, dan kegemaran dalam berperang. Pada bangsa Lemuria justru dipercaya sebagai manusia dengan tingkat pencapaian evolusi dan spiritual yang tinggi atau pluralis, sangat damai dan bermoral.
Edgar Cayce mengilustrasikan, tumbuh dan berkembangnya bangsa Atlantis sebagai suatu peradaban super power pada waktu itu, mungkin dapat dianalogikan dengan kekuatan sebagai bangsa yang mungkin sekarang mirip Amerika Serikat.
Keadaan tersebut membuat mereka sangat percaya diri dengan kemampuan yang mereka kuasai dalam menaklukkan bangsa-bangsa lain di duni ini. Diantara bangsa-bangsa yang di taklukkannya adalah Yunani yang mana Yunani waktu itu adalah bangsa yang dipandang para Atlantean sebagai bangsa yang memiliki peradaban yang kuat.
Dengan kekuatan dan kepemilikan peralatan perang yang canggih serta ditambah dengan kemampuan strategi perang yang baik pula, invasi Atlantis ke bangsa Lemuria berjalan seperti yang diharapkan. Sifat dari bangsa Lemuria yang menjungjung tinggi konsep perdamaian menyebabkan mereka tidak dibekali atau tidak memiliki teknologi perang seperti yang dimiliki oleh bangsa Atlantean.
Sehingga, dalam waktu yang tidak lama, bangsa Lemuria jatuh kedalam kekuasaan Atlantis. Para Lemurian yang berada dalam kondisi dan keadaan terdesak akhirnya meninggalkan bumi untuk mencari tempat tinggal baru di planet lain yang memiliki karakteristik mirip dengan keadaan di bumi.
Keberadaan mereka sat ini mungkin seperti disebut-sebut secara teoritis, misalnya mereka tinggal dan menumbuhkan peradaban di planet lain, seperti disebut dalam literatur mitologi, seperti di Planet Erra atau Terra di gugus bintang Pleiades. Pada bagian ini bagai cerita dalam dongeng atau legenda belaka.
Tetapi, perlu dipertimbangkan secara teoritis, karena teknologi mereka pada masa itu sudah sangat maju, penguasaan teknologi penjelajahan luar angkasa mungkin juga sudah dapat mereka kuasai. Atau dapat juga diilustrasikan mengenai kepindahan mereka ke Planet lain sebagai bentuk perumpamaan perihal kepunahan mereka dialam keabadian.
Dari teori ini dapat disusun hipotesis, minimal ada dua jenis bentuk pemusnahan bangsa di masa peradaban kuno tersebut. dan dua jenis pemusnahan itu adalah :
1. Perang secara besar-besaran antara bangsa Lemuria melawan bangsa Atlantis
2. Karena bencana alam yang dahsyat berupa banjir besar atau tsunami dan gempa bumi akibat letusan gunung berapi yang dialami bangsa Atlantis.
Sedangkan pada bangsa Lemuria, setelah kekalahannya oleh bangsa Atlantis, maka wilayah Lemuria pun dikuasai oleh Atlantean. Sampai tiba waktunya akhir kehidupan daratan ini akibat diterpa oleh bencana alam dahsyat berupa banjir besar hingga menenggelamkan bangsa itu bersama beberapa daratan lainnya, termasuk diantaranya Atlantis itu sendiri.
Bagi sebagian besar orang, Atlantis dalah sebuah benua yang hilang, rumah pertaman peradaban, tanah terang dan keemasan yang diterjang oleh serangkaian puncak kekuatan ledakan, ia kemudian terbaring lelap di dasar samudera, dengan pucuk-pucuk pegunungan menjulang dari alas laut, bagi sebagian orang lagi, Atlantis lebih dipandang sebagai legenda daripada menggali sebuah fakta. Legenda mengenai Atlantis yang tertanam kemudian tumbuh dan berkembang dalam alam imajinasi kita adalah materi legenda yang dibangun oleh imajinasi Plato, Plato adalah filusuf Yunani.
Dalam risalah Plato, Atlantis merupakan latar belakang dialognya dengan gurunya, dan Sokrates yang terkenal. Risalah itu yang kemudian dikembangkan lagi oleh para romatikus besar. Namun sebaliknya, ada juga yang menganggap Atlantis sebagai kota yang benar-benar ada dimasa awal-awal peradaban yang mengiringi keberadaan Lemuria. Atlantis didokumentasikan di lokasi yang berbeda-beda namun tetap disekitar Samuder Atlantik.
Namun, di dalam hampir semua anotasi ensiklopedik, Atlantis tidak lebih dari sebuah dongeng, Atlantis tidak pernah dirujukkan ke dalam catatan sejarah mana pun. Meskipun demikian, Charles Berlitz dalam bukunya uang berjudul "The Mystery of Atlantis" pada tahun 1976 yang menjelaskan bahwa para geolog dan oseanografer bersepakat mengakui kebenaran faktual di masa lampau mengenai kawasan yang menyerupai benua pernah berada di sekitar Benua Atlantik.
Bahkan ditegaskan oleh Berlitz, andaikan Atlantis hanyalah sebongkah dongeng, ia sebagai sebuah dongeng yang tidak pernah mati, Atlantis selalu hidup, tumbuh, dan berkembang dalam ruang imajinasi kita sampai saat ini. Atlantis telah memberikan banyak ide kepada ilmuan dan pendongeng dalam merilis karya hingga lebih dari 5.000 judul. Sehingga diakui maupun ditolak, Atlantis akan tetap menjadi bagian dari kebudayaan kita.
Dan hasilnya, Atlantis menjadi alat ukur pencapaian peradaban, menjadi titik tolak bagi genre karya klasik yang turut mempengaruhi sejarah peradaban, bahkan menyumbang bagi kemungkinan penemuan dunia baru. Manusia di masa lampau, yang di identifikasi sebagai bangsa Lemuria dan bangsa Atlantis itu, kemungkinan juga telah menguasai teknologi pemotretan. Kenyataan tersebut paling tidak dapat dianalogikan dari ditemukannya selembar peta kuno pada awal abad ke-18 di situs Istana Taifurkhafi di Istanbul, Turki.
Peta kuno itu terbuat dari bahan kulit rusa (Gazelle Skin). Secara sekilas dapat dilihat di peta kuno itu tidak lebih dari selembar replika peta daratan di masa lalu, dalam peta tersebut diilustrasikan kawasan Laut Tengah yang tergambar secara persis, sedangkan kawasan lainnya, seperti Benua Amerika dan benua Afrika tergambar sangat berbeda.
Baca Juga Sejarah Atlantis Dimulai Pada Zaman Pleistosen
Baca Juga Sejarah Atlantis Dimulai Pada Zaman Pleistosen
Kesimpulan
Sementara berdasarkan penelitian lebih mendalam yang dilakukan oleh manusia di zaman sekarang, para ilmuan menemukan fakta yang sangat mengejutkan. karena, peta Kuno tersebut sebenarnya abstrakso pemotretan atau pandangan udara dari atas angkasa yang sangat detail dan terperinci.
Bahkan, para ahli astronomi mengakui, jika dibandingkan dengan gambar yang diambil dari pesawat Apollo 8. maka peta kuno Turki ini bagaikan sebuah fotokopinya. Gambar perubahan garis besar pada benua Amerika dan benua Afrika di peta kuno tersebut sesuai denga gambar yang diambil melalui pesawat Apollo 8. Dan yang lebih menakjubkan lagi, peta kuno itu melukiskan bentuk rumit permukaan bumi kutub selatan yang tertutup lapisan es yang sangat tebal.
Gambar tersebut tidak menunjukkan perbedaan sedikit pun dengan hasil gambar pemetaan menggunakan fatometer yang dilakukan oleh tim eksplorasi kutub selatan pada 1952 untuk penyelidikan keadaan bumi dibawah lapisan es. Secara singkat, penemun peta kuno tersebut membuktikan pencapaian teknologi dan peradaban yang diraih manusia pada masa silam, termasuk dalam hal penguasaan teknologi pemotretan melalui angkasa.
Baca Juga Sejarah Tokoh-tokoh Zaman Purba
Baca Juga Sejarah Tokoh-tokoh Zaman Purba